FIND REFERENCES FROM AMAZON

Monday, June 7, 2010

KOMPENSASI CHIEF EXECUTIVE OFFICER (CEO) DAN KINERJA PERUSAHAAN

Harjum Muharam

Abstract

There are two main topics when we took about Chief Executive Officer Compensation, the first one is relationship between CEO compensation and shareholder interest that was knew as agency problem. The second one is about amount and mix of CEO compensation and it impact on corporate performance. Entry benefits and exit benefits are the one-off pecuniary that gift to CEO once during his/him duties. Ongoing benefits consist of fixed payment and at risk payment—short-tem incentives (STIs) and long-term incentives (LTIs). Every kind of that compensation has special impact on CEO behaviour that shareholder want. Beside that compensations there is non-financial pecuniary that also has the same impact. Many persons argue that COEs are overpaid and that their compensation amounts are excessive and inequitable. The reason for this is because CEO has more complexity and responsibility job than the others in the company and has bigger contribution for company performance. Depend on latest research, there is positive and significantly relationship between CEO compensation and company performance.

Keywords

Kompensasi – CEO (Chief Executive Officer) – Kinerja Perusahaan

Pendahuluan
Diskusi dan penelitian tentang hubungan kompensasi yang diterima oleh seorang CEO dan kinerja perusahaan yang dipimpinnya telah menjadi topik yang sangat menarik dan terus berkembang, terutama di Amerika Serikat, Australia dan Eropa. Di Indonesia sendiri permasalahan ini belum banyak dibicarakan dan penelitian tentang hal ini juga masih sangat terbatas.
CEO adalah pihak yang dibayar paling tinggi dalam perusahaan dan paling banyak diekspos dibandingkan dengan eksekutif lain, oleh karena itu pembahasan tentang kompensasi sering terpokus pada kompensasi yang diterima oleh CEO. Ada dua topik utama dalam pembahasan kompensasi CEO, yang pertama umumnya membahas hubungan kompensasi yang diterima CEO dengan kepentingan pemilik perusahaan atau pemegang saham. Dalam teori keuangan hal ini dikenal dengan istilah permasalahan keagenan atau agency problem, dimana seorang manajer atau CEO lebih cenderung mengutamakan kepentingannya dibandingkan dengan kepentingan bisnis atau pemegang saham. Pembahasan tentang permasalahan keagenan ini akan menyangkut tentang bagaimana menentukan besaran kompensasi dan bentuk kompensasi yang akan diberikan kepada CEO guna mengurangi masalah keagenan ini. Topik kedua membahas apakah kompensasi yang diterima CEO sudah wajar, terlalu mahal atau terlalu murah dan bagaimana hubungannya dengan kinerja perusahaan. Tulisan ini akan membahas hal tersebut di atas baik dari sudut teoritis maupun empiris.

Kesimpulan

Dari uraian diatas dapat ditarik beberapa kesimpulan:
● Bentuk kompensai yang diberikan kepada CEO harus disesuaikan dengan target yang diinginkan perusahaan atau pemegang saham: pada tahap awal dimana perusahaan atau pemegang saham bertujuan menarik seorang CEO untuk memimpin perusahaan, maka kombinasi kompensasi yang memiliki pengaruh besar dan positif terhadap keinginan tersebut adalah entry benefits, fixed payments, STI, LTI, dan non-pecuniary benefits. Pada tahap kedua, pada saat seorang CEO memimpin suatu perusahaan dan pemegang saham menginginkan target tertentu yang harus dicapai oleh oleh CEO (play the right way), seperti pangsa pasar, pertumbuhan, dan laba bersih, maka kombinasi kompensasi yang memberikan pengaruh besar dan positif terhadap perilaku CEO untuk melaksanakan apa yang menjadi keinginan pemegang saham adalah: STI, LTI, dan non-pecuniary benefits. Non-pecuniary benefits, fixed benefit, STI benefits dan LTI benefits yang memuaskan akan memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap keingin CEO untuk bertahan di perusahaan yang dipimpinnya. Jika pemegang saham menginginkan CEO mengundurkan diri dari perusahaannya maka kombinasi kompensasi dalam bentuk exit benefits dan LTI benefits akan memberikan pengaruh yang besar bagi CEO untuk mengundurkan diri.
● Seoarang CEO dibayar lebih mahal dibandingkan karyawan pihak lain yang ada dalam perusahaan: (1) Tanggung jawab dan pekerjaan seorang CEO lebih kompleks; (2) Kontribusi seorang CEO terhadap kesuksesan perusahaan lebih besar dan lebih mudah diukur.
● Keterbukaan akan besaran dan bentuk kompensasi yang diterima oleh CEO sangat penting terutama untuk perusahaan-perusahaan publik. Dengan adanya keterbukaan, masyarakat terutama investor dapat menilai apakah besaran dan bentuk kompensasi yang diterima oleh CEO sudah pantas, baik dilihat dari tanggung jawab maupun tingkat kesuksesan dalam memimpin perusahaan.
● Dari hasil beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan positif dan signifikan antara kompensasi yang diterima seorang CEO dengan kinerja perusahaan yang dipimpinnya, walaupun demikian hasil penelitian ini tidak bisa menjelaskan apakah kinerja perusahaan murni kontribusi CEO atau kontribusi faktor eksternal.

JSMO Vol 1 Edisi 2 Tahun 2004

DOWNLOAD FULLTEXT

Tuesday, April 20, 2010

Analisis Perbedaan Likuiditas Saham, Kinerja Keuangan, dan Return Saham di Sekitar Pengumuman Stock Spelit

Oleh:
Harjum Muharam
Hanung Sakti

Abstact

Using 13 samples from listed companies in Jakarta Stock Exchange within 2003-2005, this study analyzed the difference of stock liquidity, financial performance, and stock return in period of stock split announcement. Multivariate Analysis of variance (MANOVA) resulted that there is no difference in trading volume activity (TVA) of stock and financial performance before, within and after stock split announcement, but in the other hand this study found that the difference in stock return was exist in period of stock split announcement.

Key Words:
Stock Split, Trading Volume Activity, Financial Performance, Stock return

Latar Belakang Masalah

Kinerja keuangan merupakan salah satu faktor yang dilihat oleh calon investor sebagai pertimbangan dalam mengambil keputusan investasi. Para pemodal dan analis keuangannya berkepentingan untuk mengetahui tingkat pengembalian atas investasi mereka. Oleh sebab itu, mereka membutuhkan laporan keuangan perusahaan dengan tujuan mengetahui kekuatan dan kelemahan perusahaan, mengidentifikasi kecenderungan dan pertumbuhan yang mungkin ada. Dengan adanya informasi keuangan dapat membantu mereka untuk memutuskan tindakan, apakah untuk membeli, menahan, atau menjual saham-saham suatu perseroan. Di samping itu para pemegang saham juga ingin mengetahui tentang kemampuan perseroan membayar deviden.
Selain kinerja keuangan, harga saham juga mempengaruhi calon investor dalam mengambil keputusan investasi. Salah satu faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran saham adalah tingkat harga saham tersebut. Apabila harga saham tersebut terlalu tinggi untuk pasar, maka jumlah permintaannya akan berkurang. Sebaliknya bila pasar menilai harga saham tersebut terlalu rendah, jumlah permintaannya akan meningkat.
Tingginya harga saham akan mengurangi kemampuan para investor untuk membeli saham tersebut. Hukum permintaan dan penawaran kembali akan berlaku, dan sebagai konsekuensinya, harga saham yang tinggi tersebut akan menurun sampai tercapai posisi keseimbangan yang baru. Cara yang dilakukan oleh emiten untuk mempertahankan agar sahamnya tetap berada dalam rentang perdagangan yang optimal, sehingga daya beli investor meningkat terutama untuk investor kecil, yaitu dengan melakukan pemecahan saham. Pemecahan saham (stock split) adalah memecah selembar saham menjadi n lembar saham, harga per lembar saham baru setelah stock split adalah sebesar 1/n dari harga sebelumnya. Stock split mengakibatkan bertambahnya jumlah lembar saham yang beredar tanpa transaksi jual beli yang mengubah besarnya modal.
Perusahaan yang melakukan stock split pada umumnya merupakan perusahaan yang mempunyai kinerja keuangan yang baik. Sesuai yang ditemukan oleh Copeland (1979) dalam Marwata (2001) menyatakan bahwa stock split mengandung biaya yang harus ditanggung. Maka hanya perusahaan yang mempunyai prospek bagus saja yang mampu menanggung biaya ini dan sebagai akibatnya pasar bereaksi positif terhadapnya. Sebaliknya, perusahaan yang tidak mempunyai prospek baik dan mencoba memberikan sinyal tidak valid terhadap stock split akan tidak mampu menanggung biaya tersebut, sehingga bukannya stock split akan meningkatkan harga sekuritasnya tetapi akan menurunkannya jika pasar cukup canggih untuk mengetahuinya.
Pemecahan saham (stock split) merupakan suatu kosmetika saham, dalam arti bahwa tindakan perusahaan tersebut merupakan pemolesan saham supaya kelihatan lebih menarik dimata investor sekalipun tidak meningkatkan kemakmuran bagi investor. Tindakan stock split akan menimbulkan efek fatamorgana bagi investor, yaitu investor akan merasa seolah-olah menjadi lebih makmur karena memegang saham dalam jumlah yang lebih banyak. Dengan demikian, sebenarnya stock split tidak menambah nilai dari perusahaan atau dengan kata lain stock split tidak mempunyai nilai ekonomis. Jika memang stock split tidak mempunyai nilai ekonomis, alasan perusahaan emiten melakukan stock split kemungkinan adalah berhubungan dengan likuiditas harga sekuritas dan yang berhubungan dengan sinyal yang akan disampaikan oleh perusahaan ke publik serta tingkat return saham yang akan diterima oleh para pemegang saham.
Meskipun secara teoritis stock split tidak memiliki nilai ekonomis, tetapi banyak peristiwa stock split di pasar modal memberikan indikasi bahwa stock split merupakan alat yang penting dalam praktik pasar modal. Pemecahan saham yang dilakukan oleh perusahaan yang mempunyai kinerja keuangan yang baik, telah menjadi salah satu alat yang digunakan oleh manajemen untuk membentuk harga pasar saham perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta.
Meskipun stock split tidak mengubah jumlah ekuitas perusahaan, mengapa masih banyak perusahaan (emiten) melakukan stock split? Motivasi apa yang mendorong atau mendasari mereka untuk melakukan stock split? Banyak sekali hipotesis yang sudah diajukan untuk menjelaskan mengapa perusahaan melakukan stock split.
Ada beberapa alasan mengapa manajer perusahaan melakukan stock split (Scott, et al., 1999 dalam Harsono, 2004):
1.Agar harga saham tidak terlalu mahal sehingga dapat meningkatkan jumlah pemegang saham dan meningkatkan likuiditas perdagangan saham.
2.Untuk mengembalikan harga dan ukuran perdagangan rata-rata saham kepada kisaran yang telah ditargetkan.
3.Untuk membawa informasi mengenai kesempatan investasi yang berupa peningkatan laba dan deviden kas.
Dengan adanya pemecahan saham yang dilakukan beberapa perusahaan pada tahun 2004 tersebut, maka akan terjadi perubahan terhadap likuiditas saham yang diproksi pada perubahan jumlah volume perdagangan saham atau Trading Volume Activity (TVA) di pasar modal (di pasar bursa), perubahan kinerja keuangan yang diproksi pada jumlah laba bersih rata-rata per bulan perusahaan, dan perubahan tingkat return saham yang akan diterima oleh para pemegang saham.
Dengan adanya pemecahan saham ada beberapa perusahaan yang naik atau turun tingkat volume perdagangan saham perusahaannya. Beberapa perusahaan yang mengalami kenaikan volume perdagangan saham setelah adanya pemecahan saham antara lain: PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk., PT. Sari Husada, Tbk., PT. International Nickel Indonesia, Tbk., PT. Artha Pacific International, Tbk., PT. Rig Tenders, Tbk., PT. Indosat, Tbk., dan PT. Ramayana Lestari Sentosa, Tbk. Hal ini sesuai dengan hasil yang didapatkan oleh beberapa peneliti sebelumnya seperti Lamourex dan Poon (1987), Szewezky & Tsesekos (1991) dalam Kurniawati (2003) yang menunjukkan bahwa volume perdagangan dan jumlah pemegang saham setelah stock split mengalami peningkatan yang signifikan, tetapi ada juga perusahaan yang setelah melakukan pemecahan saham, volume perdagangan sahamnya tetap dan bahkan mengalami penurunan, antara lain: PT. Davomas Abadi, Tbk., PT. Bank Central Asia, Tbk., PT. Berlian Laju Tanker, Tbk., PT. Jakarta International Hotel & Development, Tbk., PT, Kalbe Farma, Tbk., dan PT. Ekadharma International, Tbk.
Laba bersih rata-rata per bulan sebelum dan sesudah perusahaan melakukan pemecahan saham mengalami peningkatan, hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Lakonishok dan Lev (1987) dalam Anggraini dan Jogiyanto (2000) yang menunjukkan bahwa perusahaan yang memecah saham menikmati kinerja laba luar biasa selama periode sebelum pemecahan saham. Hal ini mencerminkan kinerja yang baik dari perusahaan yang memecah saham. Penelitian Lakonishok dan Lev (1987) dalam Anggraini dan Jogiyanto (2000) juga menunjukkan pertumbuhan laba perusahaan-perusahaan yang memecah saham hanya berlangsung sampai tahun pertama setelah pemecahan saham. Penelitian Asquith dkk. (1989) dalam Anggraini dan Jogiyanto (2000) juga menunjukkan ada peningkatan laba yang signifikan hanya sampai pada tahun pemecahan saham.
Dari data awal juga diketahui bahwa setelah adanya pengumuman stock split, harga-harga saham akan mengalami penurunan. Dengan adanya penurunan harga saham, tentunya juga akan mempengaruhi penerimaan return saham. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Festasina (2004) yang menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan abnormal return saham pada periode sebelum dengan periode sesudah stock split. Riyadi (2004) juga menyatakan bahwa stock split tidak mempengaruhi return saham yang akan diterima oleh investor. Aktivitas stock split tidak menimbulkan perbedaan yang signifikan setelah peristiwa stock split. Hal ini bertentangan dengan model Brennan dan Hughes (1991) dalam Winarso (2004) yang berasumsi bahwa investor hanya akan berinvestasi pada saham yang benar-benar diketahui dengan pasti segala sesuatunya dan akan melakukan perdagangan melalui broker yang menganalisis perusahaan yang mengeluarkan saham tersebut. Aktivitas pemecahan saham akan diterjemahkan oleh investor sebagai sinyal bahwa manajer memiliki informasi yang menguntungkan yang ditunjukkan dengan abnormal return yang posistif disekitar pengumuman split.

Rumusan Masalah

Berdasarkan data yang diperoleh dapat diketahui dengan adanya pemecahan saham terjadi kenaikan dan penurunan tingkat likuiditas saham, tingkat laba bersih rata-rata per bulan perusahaan, dan tingkat return saham yang akan diterima oleh para pemegang saham. Hal ini sesuai dengan masih banyaknya pihak yang mendukung dan menentang adanya pemecahan saham perusahaan. Pihak yang mendukung stock split berkeyakinan bahwa harga saham yang lebih rendah akan meningkatkan investor kecil untuk melakukan investasi sehingga akan membuat pasar lebih likuid. Di lain pihak, mereka yang menentang stock split berkeyakinan bahwa tingkat harga sekarang belum cukup untuk menjamin berhasilnya stock split karena adanya ketidakpastian bisnis.
Berdasarkan perbedaan data dan hasil penelitian sebelumnya, maka pertanyaan penelitian yang akan dijawab pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.Apakah terdapat perbedaan likuiditas saham di sekitar pengumuman stock split ?
2.Apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan di sekitar pengumuman stock split ?
3.Apakah terdapat perbedaan return saham di sekitar pengumuman stock split ?

DOWNLOAD FULL TEXT

Friday, April 16, 2010

Referensi Ekonometrika

Oleh: Harjum Muharam



Prof. Dr. H. Imam Ghozali M.Com,MPM Akt. kembali memperkaya literatur ekonomitrika dalam bahasa Indonesia yang selama ini dirasa masih relatif kurang dengan menerbitkan buku baru yang berjudul: Ekonometrika Teori, Konsep, dan Aplikasi dengan SPSS 17.

Buku ini terdiri dari 15 bab, bab 1 sampai bab 12 merupakan ringkasan dari buku Gujarati (2003 dan 2006)yang membahas regresi berganda, uji asumsi klasik dan regresi dengan variabel dummy. Bab 13 sampai bab 15 membahas regresi moderasi, regresi mediasi, dan regresi gabungan moderasi dan mediasi serta dilengkapi contoh yang diambil dari beberapa jurnal.

Kontribusi penulis dalam buku ini adalah mengaplikasikan teori-teori maupun konsep yang dibahas dalam buku Gujarati dengan software Statistical Package for Social Science (SPSS) versi 17. Untuk model-model pengujian regresi moderasi, mediasi, dan gabungan moderasi mediasi menggunakan Syntax-Macro yang telah dikembangkan oleh beberapa peneliti.

Buku ini dilengkapi dengan CD suplemen yang berisi data dalam file excel yang digunakan dalam contoh analisis, syntax-macro SPSS, script SPSS dan output SPSS.

DAFTAR ISI

BAB 1
EKONOMETRIKA
1.1 Ekonometrika
1.2 Metodologi Ekonometrika
BAB 2
ANALISIS REGRESI
2.1 Sejarah Regresi
2.2 Hubungan Statistik vs Deterministik
2.3 Regresi vs Kausalitas (Hubungan Sebab-akibat)
2.4 Regresi vs Korelasi
2.5 Terminologi Regresi
2.6 Jenis Data
BAB 3
REGRESI LINIER BERGANDA
3.1 Ordinary Least Square (OLS)
3.2 Classical Linier Regression Model (CLRM)
3.3 Menilai Goodness of Fit Suatu Model Regresi
a. Koefisien Determinasi (R2)
b. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
c. Uji Signifikan Parameter Individual (Uji Statistik t)
BAB 4
UJI ASUMSI KLASIK MULTIKOLINEARITAS
DAN MICRONUMEROSITY
4.1 Pendahuluan
4.2 Deteksi Multikolineraritas
4.3 Mengobati Multikolinearitas
BAB 5
UJI ASUMSI KLASIK HETEROSKEDASTISITAS
5.1 Pendahuluan
5.2 Deteksi Heteroskedatisitas
5.3 Mengobati Heteroskredaritas
BAB 6
UJI ASUMSI KLASIK AUTOKORELASI
6.1 Cara deteksi Adanya Autokorelasi
a. Uji Durbin-Watson (DW test)
b. Uji Lagrange multiplier (LM test)
c. Uji Statistik Q : Box-Pierce dan Ljung box
d. Uji bruesch-Godfrey
e. Uji Statistik Q : Box-Pierce dan Ljung Box
6.2 Pengobatan Autokorelasi
Asumsi ñ tidak diketahui nilainya
a. Metode First Difference
b. Nilai ñ diestimasi berdasakan Durbin-Watson d Statistik
c. The Cochrane-Orcutt two-step procedure
d. Durbin’s two-step Method
BAB 7
ASUMSI KLASIK NORMALITAS RESIDUAL
7.1 Analisis Grafik
7.2 Analisis Statistik
7.2.1 Skewness dan Kurtosis
7.2.2 Uji Jurque-Bera (JB)
7.2.3 Uji Kolmogorov-Smirnov (KS)
BAB 8
KESALAHAN SPESIFIKASI (SPESIFICATION ERRORS)
8.1 Memilih Models
8.2 Jenis-jenis Kesalahan Spesifikasi
8.3 Uji Kesalahan Spesifikasi
BAB 9
CONTOH KOMPREHENSIF REGRESI BERGANDA DENGAN PELANGGARAN ASUMSI KLASIK NORMALITAS DAN HETEROSKEDASTISITAS
9.1 Model Regresi Semi-Log
9.2 Model Regresi Double-Log
BAB 10
MODEL REGRESI DENGAN BENTUK FUNGSIONAL
10.1 Mengukur Elastisitas dengan Log-Linier Models
10.2 Mengukur Tingkat Pertumbuhan : Log-Lin Model
10.3 Lin-Log Model
10.4 Model Reciprocal
10.5 Fungsi Produksi Cobb-Douglas
10.6 Model Regresi Polynomial
BAB 11
MASALAH INFERENSI DALAM MODEL REGRESI
11.1 Tambahan kontribusi karena Penambahan Satu Variabel Independen
11.2 Pengujian Kesamaan Dua Koefisien regresi
11.3 Membandingkan Dua Model Regresi atau Uji Stabilitas Struktural Model Regresi (Chow Test)
BAB 12
MODEL REGRESI DENGAN VARIABEL DUMMY
12.1 Cara Membentuk Variabel Dummy
12.2 Model ANOVA dengan Dua Variabel Kualitatif (Dummy)
12.3 Model REgresi dengan Variabel Independen Gabungan Kualitatif dan kuantitaif
12.4 Variabel Dummy sebagaii Alternatif CHOW Test
BAB 13
ANALISIS REGRESI MODERASI
MODERATED REGRESSION ANALISYS (MRA)
13.1 Jenis-jenis Variabel Moderator
13.2 Metode Pengujian Variabel Moderrator
13.3 Uji Nilai selisih Mutlak
13.4 Uji Residual
BAB 14
REGRESI DENGAN VARIABEL MEDIATOR ATAU INTERVENING, ANALISIS JALUR (PATHANALYSIS)
14.1 Mendeteksi Pengaruh Mediasi
14.2 Anlisis jalur (Path Analysis)
14.3 Sobel Test dan Bootsrapping
14.4 Contoh Analisis jalur Lebih Komplek
14.5 Regresi dengan Multiple Mediator
BAB 15
REGRESI DENGAN VARIABEL MODERATOR DAN MEDIATOR (MODMED)
15.1 Model-model Moderation Mediation
15.2 SPSS Macro Syntax Uji MODMED

Tuesday, April 6, 2010

Pola Pembiayaan dan Pengembangan UMKM: Studi Kasus UMKM di Kota Semarang

Harjum Muharam
Erman Denny Arfinto

ABSTRAK

UMKM mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan ekonomi nasional berupa pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja, selain itu UMKM telah terbukti ketangguhannya dalam menghadapi setiap krisis yang terjadi di Indonesia.
Data yang digunakan untuk analisis adalah data laporan keuangan atau cacatan keuangan UMKM yang ada di Kota Semarang. Analisis tabulasi silang dan MANOVA digunakan untuk menganalisis data dan pengambilan kesimpulan untuk menjawab tujuan penelitian. Ada tiga tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini: (a) melihat pola pembiayaan UMKM serta kendala-kendala yang dihadapi dalam bidang pembiayaan; (b) menganalisis pengaruh pola pembiayaan terhadap tingkat keuntungan dan perkembangan usaha; dan (c) membuat model pola pembiayaan optimal bagi UMKM yang mendukung keuntungan dan perkembangan UMKM.

Kata Kunci: Pembiayaan, keuntungan, perekembangan usaha, UMKM, Semarang

Hasil Penelitian
Penelitian ini menganalisis perbedaan tingkat keuntungan dan pertumbuhan usaha antar kelompok usaha mikro, kecil dan menengah di Kota Semarang, disamping itu penelitian ini juga menganalisis pengaruh pembiayaan hutang, ukuran usaha, dan umur usaha terhadap dua variabel dependen, tingkat keuntungan dan pertumbuhan usaha. Dari uji hipotesis menggunakan analisis MANCOVA yang telah diuraikan sebelumnya dapat disimpulkan: (a)Ada perbedaan yang signifikan rata-rata tingkat keuntungan (y1) antar kelompok usaha; (b)Ada perbedaan yang signifikan rata-rata pertumbuhan usaha (y2) antar kelompok usaha; (c) Pembiayaan hutang dan ukuran tidak berpengaruh terhadap tingkat keuntungan dan pertumbuhan usaha; (d)Umur usaha berpengaruh positif signifikan baik terhadap tingkat keuntungan maupun terhadap pertumbuhan usaha; (e) Untuk model pertama dengan variabel dependen tingkat keuntungan (y1) didapat nilai R2 sebesar 0,535 dan adjusted R2 sebesar 0,444. Hal ini berarti variabel-variabel independen yang ada pada model pertama mampu menjelaskan 44,4% variasi yang terjadi pada variabel tingkat keuntungan (y1); (f) Pada model kedua dengan variabel dependen pertumbuhan usaha (y2) didapat R2 sebesar 0.428 dan adjusted R2 sebesar 0,316. Hal ini berarti bahwa variabel-variabel independen pada model kedua mampu menjelaskan variasi yang terjadi pada variabel dependen pertumbuhan usaha sebesar 31,6%.

Daftar Pustaka
Agiomirgianakis, G., F. Voulgaris, T. Papadogonas (2006), “Financial Factors Affecting Profitability And Employment Growth: The Case of Greek Manufacturing”, International Journal of Financial Services Management, Issue: Volume 1, Number 2-3 / 2006

Fitzsimmons, J. R., Paul S., and Evan J. D., (2005), “Growth and Profitability In Small And Medium Sized Autralian Firms”, AGSE Entrepreneurship Exchange, February 2005, download

Fu, T.W., Mei-Chu Ke, and Yen-Sheng Huang, (2002), “Capital Growth, Financing Source and Profitability of Small Businesses: Evidence from Taiwan Small Enterprises”, Small Business Economics 18: 257–267, 2002.

Ghozali, Imam, (2005), Aplikasi Analisis Multivariat Dengan Program SPSS, BP Undip: Semarang

Glancey, Keith (1998), Determinants of growth and profitability in small entrepreneurial firms, International Journal of Entrepreneurial Behaviour & Research, Year: 1998 Volume: 4 Issue: 1 Page: 18 - 27

Hermelo, F.D., (2004), The Determinants of Firm’s Growth: An Empirical Examination, Working Paper, Strategic Management and International Business Universidad de San Andrés: San Fernando, Pcia. de Buenos Aires (1644), Argentina download

Olutunla, G. T., and Tomola Marshal Obamuyi, (2008), “An Empirical Analysis of Factors Associated With The Profitability of Small And Medium-Enterprises in Nigeria”, African Journal of Business Management Vol.2, November 2008 download

Kuncoro, M.(2008), “Pembiayaan Usaha Kecil”, Economic Review No. 21, Maret 2008

Leora F. Klapper. L.F., Virginia, S.A., Rida, Z., (2006), “A Firm-Level Analysis of Small and Medium Size Enterprise Financing in Poland, World Bank Policy Research” Working Paper 3984, August 2006 download

Rao, P. (1996), “Measuring Consumers Perseptions Through Factor Analysis”, The Asian Managers, February-Maret , page 28-32

Roper , S. (1999), Modelling Small Business Growth and Profitability, Small Business Economics 13: 235–252, 1999.

Tabachnick, B.G., (1996), Using Multivariate Statistics, Harper Collin: New Yo

DOWNLOAD FULL TEXT

Thursday, April 1, 2010

Analisis Efisiensi Modal Kerja Perusahaan-Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Dengan Data Envelopment Analysis (DEA)

Oleh:
Harjum Muharam
Erman Denny Arfinto

ABSTRACT


Effective and efficiency working capital management is very important for continues growth of the firm. Insufficient working capital make firm cannot improve its production and sales. In the long run the firm loss its income and profit. Insufficient working capital also make the firm cannot fulfil its short term liabilities.
In order to understand the practice of working capital management in Indonesian listed companies this research was done. Data from financial report of Indonesian listed companies is the main resources of this research. By using Data Envelopment Analysis (DEA) this research concluded: (a) in 2005 all sample firms from cement sub industry were efficient in working capital management. In 2006 PT Semen Gresik Tbk. was inefficient in working capital management, depend on DEA result this company must decrease its working capital level; (b) PT Surya Toto Indonesia Tbk. is the only company from ceramics, glass, porcelain sub industry that never reach efficient in working capital management from 2005 until 2007; (c) The others companies from difference sub industry have different result in working capital efficiency and will be discus in detail later.

Kata Kunci:
Modal Kerja (Working Capital), Efisiensi, Data Envelopment Analysis (DEA)

Latar Belakang Masalah
Besarnya investasi pada modal kerja, komposisi modal kerja, dan sumber pembiayaan modal kerja adalah aspek-aspek penting dalam kajian manajemen keuangan karena hal tersebut menjadi komponen vital dalam usaha perusahaan meraih sukses atau untuk bisa bertahan pada saat kondisi ekonomi memburuk (Peel and Wilson, 1996). Perusahaan akan meminimalkan jumlah investasi pada modal kerja guna meningkatkan keuntungan perusahaan tetapi hal ini akan terkendala oleh masalah pemenuhan tingkat likuiditas, peningkatan piutang dagang untuk mendukung penjulan, dan penambahan persediaan untuk menghindari stock out, untuk itu perusahaan harus mengoptimalkan penggunaan modal kerja. Jika perusahaan terlalu banyak melakukan investasi (over invesment) pada modal kerja dapat menurunkan tingkat keuntungan, sebaliknya jika investasi pada modal kerja terlalu sedikit dapat mengakibatkan perusahaan mengalami kesulitan likuiditas, terhentinya proses produksi, dan kehabisan persediaan (stock out) (Deloof 2003).
Data 10 perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2006 yang diambil secara acak menunjukkan bahwa secara rata-rata porsi dana perusahaan yang diinvestasikan pada modal kerja sangat besar. Secara rata-rata 10 perusahaan publik tersebut menginvestasikan dana sebesar Rp3,07 triliun pada modal kerja. Jika dilihat dari porsi modal kerja terhadap total aktiva maka secara rata-rata 10 perusahaan tersebut memiliki perbandingan aktiva lancar dan total aktiva sebesar 57% atau dapat diartikan bahwa 57% dari total dana perusahaan diinvestasikan pada modal kerja. Tingkat investasi modal kerja paling tinggi ditempati oleh PT Metrodata Electronics Tbk. dengan porsi investasi modal kerja sebesar 85% dari total dana perusahaan.
Hubungan perputaran modal kerja (P/AL) dan tingkat keuntungan yang diukur dengan NPM (net profit margin) 10 perusahaan tersebut tidak konsisten. Sebagai contoh PT Mandom Indonesia Tbk. yang memiliki perputaran modal kerja 2,68 X mampu meraih NPM sebesar 11% sedangkan PT Aqua Golden Mississippi Tbk. yang memiliki perputaran modal kerja 3,16 X hanya meraih NPM sebesar 3%. PT Metrodara Electronics Tbk. memiliki perputaran modal kerja 2,60 X hanya meraih NPM 1%. Data ini menjadi indikasi awal bahwa ada ketidakkonsistenan hubungan efisiensi modal kerja dengan tingkat keuntungan pada perusahaan-perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Secara lengkap data AL/TA, P/AL, dan NPM 10 perusahaan tersebut disajikan pada tabel 01.

Tabel 01 disini

Tujuan Penelitian
Penilitian ini bertujuan untuk mengukur efisiensi alokasi modal kerja pada masing-masing perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk Kelompok Industri Dasar dan Kimia (kode industri 3). Analisis efisiensi alokasi modal kerja dilakukan pada masing-masing sub industri dalam Kelokpok Industri Dasar dan Kimia menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA). Dari analisis ini akan didapat skor efisiensi masing-masing perusahaan. Metode DEA juga akan menghasilkan skenario improvement bagi perusahaan yang belum efisien guna tercapai tingkat efisiensi yang diinginkan.

Untuk versi lengkap hasil penelitian ini silahkan hubungi saya di: hardjum@gmail.com

Sunday, January 17, 2010

ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR RUPIAH DAN INDEKS SAHAM DOW JONES INDUSTRIAL AVERAGE TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN DI BEJ

Naik turunnya harga saham yang diperjualbelikan di Bursa Efek Jakarta dapat dilihat dari fluktuasi IHSG sehingga dapat diketahui apakah pasar dalam keadaan bullish (kuat) atau bearish (lemah). Adanya inkonsistensi dari penelitian-penelitian terdahulu mengenai IHSG yang menimbulkan kesenjangan penelitian (research gap) serta adanya kejanggalan trend yang terjadi pada bulan Januari 2005 sampai dengan Desember 2006 tidak sesuai dengan hubungan teoritis variabel, yaitu meskipun nilai tukar rupiah terhadap US$ cenderung fluktuatif ataupun stabil, nilai indeks saham DJIA dan nilai IHSG relatif stabil dengan trend yang terus meningkat, sehingga menimbulkan pokok masalah apakah pada Januari 2005 sampai dengan Desember 2006 nilai tukar rupiah (IDR) dan indeks saham Dow Jones Industrial Average (DJIA) berpengaruh secara signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEJ. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh tersebut.

Populasi penelitian adalah seluruh data nilai tukar rupiah terhadap US$ (IDR), data DJIA dan data IHSG sejak data-data tersebut ada sampai sekarang (historical prices). Sampel yang diambil adalah data-data periode Januari 2005 sampai dengan Desember 2006. Data penelitian yang digunakan merupakan data sekunder yang dipublikasikan oleh BEJ, reuters, dan Yahoo Finance, yang kemudian dianalisis dengan menggunakan metode analisis Regresi Linier Berganda (Linear Multiple Regression), dengan metode kuadrat terkecil (ordinary leas square). Sebelum melakukan analisis regresi data-data penelitian sudah lolos berbagai uji prasyarat (uji asumsi klasik), antara lain uji normalitas data, uji multikolinearitas, uji autokorelasi, dan uji heteroskedastisitas.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa nilai tukar rupiah (IDR) berpengaruh negatif terhadap IHSG di BEJ, sedangkan indeks saham Dow Jones Industrial Average (DJIA) berpengaruh positif. Secara parsial maupun simultan, kedua variabel bebas, IDR dan DJIA berpengaruh terhadap IHSG. Besarnya kemampuan menjelaskan perubahan variabel IDR dan DJIA terhadap IHSG di BEJ sebesar 33.5%, sedangkan sisanya sebesar 66.5% dipengaruhi oleh faktor lain di luar IDR dan DJIA. Oleh karena itu disarankan bagi investor untuk mempertimbangkan perubahan IDR dan DJIA sebelum berinvestasi. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan untuk memperhitungkan dan menambah variabel bebas lainnya yang secara teoritis dianggap mempunyai pengaruh terhadap IHSG di Bursa Efek Jakarta.

Kata Kunci: IDR, DJIA, IHSG.

DOWNLOAD FULL TEXT

Tulisan ini telah dimuat di: Jurnal MAKSI Vol. 8 No. 1 Januari 2008

Atau Anda dapat hubungi saya di hardjum@gmail.com untuk mendapatkan versi lengkap dari tulisan ini.